Bismillahirrahmaanirrahiim.
Baru-baru ini, Jalaluddin Rahmat, Ketua Dewan Syura IJABI, dalam acara “Milad Ke-63 Kang Jalal” di Kemang Raya, Rabu, 29 Agustus 2012; dia melontarkan kata-kata ancaman yang sangat serius. Kata-kata ini harus dicatat dengan tinta tebal oleh setiap Muslim (Ahlus Sunnah) di Indonesia. Berita aslinya dapat dibaca dalam tulisan berikut: Apakah Harus Memindahkan Konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia?
Berikut ini pernyataan ancaman Jalaluddin Rahmat -semoga Allah Al Aziz menenggelamkannya dalam kebinasaan dunia dan akhirat, beserta para loyalisnya; amin Allahumma amin- terhadap kaum Ahlus Sunnah di Indonesia:
“Saya kira kelompok Syiah tidak sebagus dalam tanda kutip kelompok Ahmadiyah, kita adalah sebuah kelompok keagamaan yang mendunia, jadi berbeda dengan kelompok Ahmadiyah yang menyambut pukulan yang mematikan itu dengan senyuman. Orang-orang Syiah pada suatu saat tidak akan membiarkan tindakan kekerasan itu terus menerus terjadi. Karena buat mereka, mengorbankan darah dan mengalirkannya bersama darah Imam Husein adalah satu mimpi yang diinginkan oleh orang Syiah. Saya tidak bermaksud mengancam ya, tapi apakah kita harus memindahkan konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia? Semua itu berpulang pada Pemerintah.”
Ucapan seperti ini patut untuk dicatat baik-baik, karena musuh Islam yang satu ini sudah menampakkan kedok aslinya, menampakkan taringnya setelah sekian lama taring itu hanya melukai lidahnya sendiri. Jangan pernah berharap Syiah Rafidhah akan berdamai, santun, lembut, pengasih kepada kaum Muslimin (Ahlus Sunnah). Tidak pernah itu!
Berikut ini pelanggaran besar kaum Syiah Rafidhah, yang membuat mereka memiliki dendam/kedengkian besar kepada kaum Muslimin:
PERTAMA. Ajaran Islam yang sangat luas, indah, dan penuh kasih-sayang itu, oleh Syiah Rafidhah disingkirkan, lalu diganti ajaran permusuhan, kedengkian, dan kebencian; dengan dalih membela hak Kekhalifahan Ali Radhiyallahu ‘Anhu. Semua nilai-nilai ajaran Islam habis tandas di tangan Syiah, semuanya diganti ajaran kebencian, permusuhan, dan dendam politik.
KEDUA. Syiah Rafidhah amat sangat dalam mengibadahi imam-imam dan ulama-ulama mereka. Dalam mensifati imam-imam itu, mereka yakini para imam kekuasaannya melebihi Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam, melebihi para Malaikat, bahkan melebihi Allah Ta’ala. Di mata Syiah, Allah bisa salah, tetapi para imam suci dari segala debu kesalahan. Mereka menyembah manusia dengan amat sangat, layaknya kaum Mukminin menyembah Allah Ta’ala.
“Al jannatu tahta zhilalis suyuf” (surga itu berada di bawah naungan pedang).
KETIGA. Kaum Syiah telah menghujat Syariat Islam sedalam-dalamnya, sepahit-pahitnya. Di mata Syiah, semua ajaran Syariat Islam (yang kita kenal dalam naungan madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali, Zhahiri, atau Tarjih) ia tidak ada nilainya sama sekali. Syiah memiliki syariat sendiri, tidak seperti Syariat kita. Siapapun yang mengaku pro Syariat Islam, akan menangis kalau menyaksikan segala penghinaan Syiah terhadap Syariat Islam yang suci. Tidak akan pernah bersanding antara cinta kepada Syariat Islam dengan sikap lemah lembut kepada Syiah, selamanya. Syariat kita berdasarkan Wahyu, syariat Syiah berdasar hawa nafsu.
KEEMPAT. Syiah tidak pernah sama sekali mencintai Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam, sekalipun kemana-mana mereka selalu berkilah mencintai Ahlul Bait Nabi. Mengapa demikian? Karena Syiah selalu menghujat isteri-isteri Nabi, yang beliau cintai, khususnya Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhuma; Syiah selalu menghujat Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu yang merupakan teman baik dan mertua Nabi; Syiah selalu menghujat Umar Radhiyallahu ‘Anhu, yang merupakan pembela Nabi dan mertua beliau; Syiah selalu menghujat Ustman dan para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum lainnya. Sejatinya, Syiah tidak memiliki cinta sedikit pun kepada Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam.
KELIMA. Syiah Rafidhah selalu memusuhi para Shahabat Nabi; melazimkan caci-maki, hinaan, laknat, serta penghujatan atas mereka. Padahal dalam Surat At Taubah ayat 100 dan ayat-ayat lain, Allah telah memastikan Keridhaan-Nya kepada para Shahabat, dan Shahabat pun meridhai-Nya. Oleh Syiah, Keridhaan Allah ini selalu dilawan dengan laknatan, caci-maki, kedengkian, permusuhan, dan sebagainya. Ketika kaum Muslimin (Ahlus Sunnah) berjuang mencari Keridhaan Allah, maka Syiah justru berjuang mencari keridhaan iblis laknatullah ‘alaih.
Dengan alasan-alasan dasar seperti ini, maka kita bisa memahami makna dari pernyataan Jalaluddin Rahmat -semoga Allah menenggelamkan dirinya dan para loyalisnya dalam kebinasaan dunia dan akhirat; amin Allahumma amin-. Kita juga memahami bagaimana sikap asli Syiah Rafidhah dalam lintasan sejarah masa lalu, dan sejarah kontemporer. Kini Syiah telah mulai menampakkan taring ancamannya. Maka kaum Muslimin harus senantiasa waspada dan mempersiapkan diri.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِ
“Dan perangilah mereka, sampai tidak ada fitnah, sehingga akhirnya agama itu semata untuk Allah belaka.” [Al Baqarah: 193].
Maka bangkitlah wahai Mujahid Ahlus Sunnah! Kemuliaanmu ada bersama pembelaanmu terhadap agama Sayyidul Mursalin, Shallallah ‘Alaihi Wasallam.