Wahyu Pertama

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu (Jahiliyyah) bahwa kaum pemikir mereka selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian orang, ber-khalwat (menyendiri) dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadat semacam ini mereka namakan Tahannuts.

wahyu Al-Quran

Begitupula dengan Nabi Muhammad, ketika usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai suka menyendiri dan menghindar dari hingar-bingar kehidupan kaumnya yang penuh dengan kemusyrikan dan perbuatan nista. Berbekal makanan dan minuman secukupnya, beliau sering pergi ke gua Hira [1].  Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah dan merenungi kebesaran alam disekelilingnya serta memperhatikan besarnya kekuasaan dibalik kebesaran alam ini. Maka Allah berikan beliau kemuliaan dengan mengangkatnya sebagai Rasul sekaligus penutup dari para Nabi dan Rasul.

Hal tersebut Allah kehendaki baginya sebagai awal dan persiapan untuk mengemban sebuah misi yang sangat besar yang akan merubah sejarah kehidupan manusia, karena itu, jiwanya harus dibersihkan dari hiruk-pikuk duniawi dengan segala kotoran yang ada di dalamnya.

Hal tersebut berlangsung selama tiga tahun sebelum diturunkannya Wahyu. Ketika beliau berusia 40 tahun, takala sedang berada didalam gua, maka datanglah Malaikat Jibril menurunkan Wahyu pertama. [2] Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah :

“Mulanya Nabi Muhammad sering bermimpi melihat sinar, persis seperti sinar di waktu subuh. Kemudian mulailah beliau suka menyepi untuk beribadah, lalu menyendirilah beliau di Gua Hira beberapa waktu lamanya. Untuk itu beliau membawa bekal secukupnya. Setelah habis, beliau pun kembali ke rumah untuk mengambil tambahan. Demikianlah perbuatan itu berjalan sedemikian rupa, sehingga beliau menemukan kebenaran dan menerima kedatangan Malaikat Jibril yang mengatakan: Bacalah! Aku tidak bisa membaca, jawab Nabi. Kemudian Malaikat memeluknya erat-erat dan setelah melepaskannya berkatalah dia: Bacalah! Aku tidak bisa membaca, jawab Nabi untuk yang kedua kalinya. Malaikat kembali berbuat seperti semula. Setelah lepas, kembalilah dia mengatakan: Bacalah! Aku tidak dapat membaca, jawab Nabi untuk yang ketiga kalinya. Malaikat kembali lagi memeluknya erat-erat, kemudian melepaskannya lalu mengatakan: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dan segumpal darah. Bacalah nama Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan pena. Mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya [QS. Al-Alaq (96): 1-5].”. Kemudian Malaikat Jibril pergi meninggalkannya.

Kemudian Rasulullah pulang kepada isterinya, Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab, “Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.”

Setelah kejadian itu Khadijah bersama Nabi Muhammad pergi ke rumah pamanya, Waraqah bin Naufal. seorang yang beragama Nasrani yang banyak mengetahui isi kitab taurat serta Injil dan pernah menyalin kitab Injil berbahasa Ibrani. Beliau sudah tua dan tidak dapat melihat lagi.

Kemudian Nabi Muhammad menceritakan kejadian yang di alaminya, Waraqah menjawab : “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah. kepada Nabi Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa. Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu.”

Rasulullah bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu sekuat tenagaku.”. Namun ternyata Waraqah meninggal dunia ketika sempat terputus beberapa lama (setelah wahyu pertama).

Setelah Wahyu yang pertama, terputuslah penurunan wahyu beberapa waktu. Dalam kaitan ini terdapat perbedaan pendapat tentang berapa lamanya masa kosong tersebut. Namun demikian kita berkesim­pulan, lama masa kosong itu maksimum tiga tahun dan minimum enam bulan. Yang terakhir inilah agak­nya yang lebih benar. Keterputusan wahyu menimbulkan kesedihan dan kegelisahan jiwa Nabi, karena ia menduga wahyu yang akan diturunkan kepadanya sudah habis, yang berarti pedoman hidup manusia hanya terdiri dari beberapa ayat saja, yaitu yang telah diturunkan kepadanya di Gua Hira’ saja. Akan tetapi kesedihan itu terobati dengan turunnya wahyu selanjutnya, sebagaimana diceritakan oleh Nabi sendiri dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari.. Nabi bersabda, “Ketika aku berjalan-jalan, terdengar olehku suara dari langit lalu aku memandang ke arahnya. Aku melihat Malaikat Jibril yang pernah datang kepadaku di Gua Hira’. Ia duduk di atas Kursi antara bumi dan langit. Karena timbul rasa takut, aku pulang ke rumah dan kembali minta diselimuti kepada Khadijah. Ketika itulah Allah menurunkan wahyu-Nya. Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berikan kabar peringatan. Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkan, dan perbuatan dosa tingalkan dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al-Muddatsir 1-7)”

Setelah turunnya ayat ini, maka jelaslah tugas Nabi Muhammad adalah menyeru manusia untuk senantiasa mengangungkan Allah dengan cara beribadah kepada-Nya serta tunduk kepada perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Maka setelah itu, turunlah wakyu-wahyu berikutnya, menandai dimulainya perjuangan baru yaitu mengajak manusia kepada kebaikan dan menegakkan Agama di muka bumi ini.

________________________________

[1] Gua ini terletak di puncak Jabal(Gunung) Nur, kadang disebut juga jabal Hira, sekitar 6 km Sebelah Timur Laut dari Masjidil Haram. Tingginya sekitar 621M dari permukaan laut atau 281M dari permukaan gunung.)

[2] syeikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury menyebutkan bahwa turun wahyu pertama terjadi pada hari senin 21 Ramadhan tepat pada saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun dalam hitungan Hijriyah.

Allah menghendaki bagi Nabi Muhammad

Maraji :

  1. Shahih Bukhari
  2. Sejarah Hidup dan perjuangan Rasulullah disarikan dari Ar-Rahiqul-Makhtum karya Syeikh Shafiyurrahman Mubarakfury
  3. As-Sirah An-Nabawiyyah durus wa ‘Ibar karya DR. Musthofa Assiba’i
  4. Fiqhus Sirah An-Nabawiyah karya Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy

Anda bisa baca disini :

Tinggalkan komentar