Ciri-ciri Orang yang Sedang Berbohong..

Ciri-ciri Orang yang Sedang Berbohong dan Cara Mengetahuinya. Berikut ciri-cirinya berdasarkan dalam psikologi:

1. Ketahuilah cara dia biasanya berbicara
Sebagai seorang teman, anda pasti mengetahui cara biasanya sahabat atau orang yang anda kenal ketika berbicara. Ada hal-hal yang khas dari setiap orang ketika mengujarkan sesuatu, baik ketika sedih, senang, marah, dan lain sebagainya. Biasanya ciri ini juga diikuti dengan gesture khusus, seperti gerak bibir, tangan, badan, mata, alis dan lain sebagainya yang satu sama lain memiliki perbedaan. Cara-cara yang tidak sama dengan cara yang biasanya dilakukan ketika berbicara bisa menjadi petunjuk awal.
2. Perhatikan tekanan-tekanan dalam pola bicaranya
Seseorang yang berada dalam tekanan dan desakan psikologis juga mengalami tekanan fisik tertentu sebagai imbasnya. Misalnya detak jantung yang meningkat dan aliran darah yang cepat. Hal ini mempengaruhi aktivitas fisik lainnya, dalam hal ini adalah aktivitas berbicara. Orang yang berbohong cenderung memiliki nada bicara dan tekanan yang tidak wajar. Hal ini dikarenakan oleh tekanan serta pertimbangan pikiran yang tarik ulur dalam menyatakan kebohongan. Pada dasarnya, menyatakan kebohongan adalah hal yang secara alamiah akan memberikan tekanan sekaligus pada kondisi psikologi, fisik, serta mental. Oleh karena itu, tekanan yang muncul lebih besar,
3. Lihatlah beberapa pertanda dan gesture (gerak-gerik) khusus yang muncul.
Berikut ini adalah beberapa pertanda dan gesture yang seringkali dijumpai pada orang yang sedang berbohong;
  • Gerak tubuh yang minim atau sama sekali tidak bergerak atau justru bergerak secara berlebihan. Orang yang sedang berbohong cenderung ‘membeku’, tidak sering berhadapan dengan lawan bicara,dan berusaha meminimalisasi gerak tubuhnya. Ada pula yang justru bergrak secara berlebihan. Semua itu adalah usaha untuk menghindari munculnya tanda-tanda bahwa dia sedang berbohong. Namun, hal ni justru juga bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang sedang berbohong.
  • Tidak ada kontak mata. Orang sedang berbohong seringkali menghindari kontak mata. Secara naluriah, dia akan menghidari tatapan mata lawan bicaranya. Kontak mata dalam berbicara merupakan pendukung dan juga menyimpan informasi tambahan ketika berbicara. Dengan melakukan kontak mata, seseorang yang sedang dibohongi akan menangkap signal informasi yang tidak sinkron dengan apa yang diucapkan. Itulah mengapa kemudian ada juga ilmu ilmiah membaca pikiran orang lain melalui kontak mata.
  • Gesture bagian tubuh lain yang menunjukkan rasa tertekan. Misalnya mengkukur2, memainkan kuku jari, mengedipkan mata secara berlebihan, menelan ludah berkali-kali, dan gerakan lain yang dilakukan berulang-ulang. Perasaan takut, gugup, tidak nyaman, serta bayangan tentang apa yang akan terjadi jika dia diketahui berbohong akan membuat orang mengalami tekanan yang tinggi dan melakukan hal-hal yang sebenarnya menunjukkan kegelisahan.
  • Melihat ke bagian kanan atas. Melihat ke arah ini diasosiasikan sebagai usaha untuk memperkerjakan dan mengolah otak kanan untuk memunculkan imajinasi, yaitu usaha untuk membuat jalinan cerita berdasarkan apa yang telah diceritakannya. Sebaliknya, melihat ke bagian kiri disosiasikan sebagai usaha memanggil memori untuk menyatakan kebenaran/jalinan cerita yang sesungguhnya.
  • Mata yang terbuka lebar dan memasang tampang innocent (tidak bersalah). Kebiasaan di masa kecil yang masih kita bawa sekarang adalah membuka mata selebar-lebarnya dan membuat tampang innocent, seolah-olah hendak berkata, “Siapa? ….Aku yang bersalah?!” Hal ini sering kita lakukan pada saat kecil dulu ketika mama memergoki ada sebungkus roti gede yang hilang dari kulkas. !(^^)
  • Bicara yang tersendat-sendat (paused). Tidak semua orang memiliki bakat yang besar dalam membuat cerita serta berbicara dengan lancar pada saat berbohong. Sehingga, seringkali ditemui pembicaraan yang dihentikan sejenak dan dalam tempo yang tidak wajar. Biasanya terjadi ketika suatu bagian cerita bohong hendak dilontarkan, yaitu ketika dia sedang berusaha mengarang suatu jalinan cerita. Di sinilah biasanya cerita yang disampaikan mulai tidak konsisten dan berubah-ubah.
  • Menyentuh hidung dan menutup wajah atau mulut. Ini juga merupakan bawaan sejak kecil, yang merupakan respon reflektif ketika seseorang ingin menutup-nutupi sesuatu.
  • Nada bicara yang tinggi. Orang yang berbohong cenderung menaikkan nada bicara. Baik karena sebagai usaha menegaskan informasi yang disampaikan, emosi yang meningkat, maupun tekanan yang tinggi. Hal ini akan sangat mudah diketahui apabila anda telah mengenal kebiasaan berbicara lawan bicara.
4. Mengurangi/menghilangkan informasi yang harus disampaikan.
Berbohong tidak hanya dengan mengucapkan hal yang tidak sebenarnya, namun juga dengan menghilangkan informasi yang seharusnya dikatakan pada lawan bicara. Indikasi ini sebenarnya justru lebih mudah diketahui karena biasanya jalinan informasi/atau cerita yang disampaikan menjadi tidak utuh dan menimbulkan banyak pertanyaan. Pertanda-pertanda tersebut di atas masih tetap akan muncul. Setelah menyampaikan informasi dengan gaya yang meyakinkan, dia akan melakukan gesture-gesture tertentu, misalnya menyentuh hidung atau menutup mulut/wajah.
5. Tanyailah orang yang anda duga berbohong.
Tentu saja cara ini juga akan mengundang resiko besar. Apabila, ternyata lawan bicara anda tidak berbohong, maka cara ini akan membawa dampak buruk. Oleh karena itu, pergunakan cara ini juka anda telah mendapatkan banyak pertanda di atas dan anda yakin benar bahwa lawan bicara anda telah berbohong. Akan tetapi, membiarkan dan tidak menanyai orang yang sedang berbohong pun juga akan berdampak sangat buruk, terutama bagi si pelaku. Oleh karena itu, cara ini juga merupakan solusi agar si pelaku kebohongan mengaku dan masalah kemudian dapat dicarikan solusi untuk diselesaikan.
6. Gunakan Intuisi.
Percaya atau tidak, manusia diciptakan memiliki intuisi. Selain itu, manusia diciptakan untuk mengatakan kebenaran. Oleh karena itu manusia pada dasarnya susah untuk melakukan kebohongan dan sulit untuk dibohongi. Intuisi sama sekali berbeda dengan nafsu, karena nafsu berkaitan dengan keinginan, sehingga bersifat subjektif. Sedangkan intuisi bersikap objektif dan tidak berdasarkan dengan keinginan. Jadi merasa dibohongi dan berprasangka dibohongi tidaklah sama. Sebelum meyakini diri anda dibohongi, tanyakanlah pada diri anda apakah ini karena prasangka ataukah karena intuisi anda. Meskipun anda pada akhirnya tidak tahu apakah anda dibohongi dengan adanya bukti, tapi setidaknya anda tahu bahwa seseorang sepertinya sedang berbohong pada anda sehingga anda tidak akan mempercayainya begitu saja.
***

Dusta [Bohong] adalah Penyakit Kronis Yang Sulit Disembuhkan

”idaklah ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada dusta…” (Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)Sesungguhnya dusta adalah penyimpangan akhlaq, dia adalah salah satu akhlak/perilaku yang paling buruk, dan sifat yang tercela. Ia menjadikan manusia seperti binatang yang tidak bisa diambil faidah dari ucapannya, bahkan binatang tidak berbahaya ucapannya, sedangkan para pendusta bisa menimpakkan bahaya dengan ucapannya.

Maka dari sisi ini binatang lebih baik dari pendusta. Dan dusta termasuk perilaku orang-orang munafik dan perilaku yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Barang siapa yang terbiasa dengannya, dia dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”(orang yang banyak berdusta) dan dusta menjerumuskannya ke dalam keburukan. Berbeda dengan orang yang jujur dan berusaha untuk senantiasa jujur, maka kejujurannya akan menunjukkan ke pada jalan-jalan kebaikan, dan dia dicatat di sisi Allah sebagai”Shiddiq”(orang yang jujur). Maka setiap kali dia akan melakukan kesalahan, dia teringat bahwasanya orang-orang akan bertanya kepadanya:”Apakah engkau melakukannya (dosa)?” sedangkan dia tidak mungkin untuk berbohong,maka dia terhindar dari perkara-perkar buruk karena kejujurannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

« إياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور ، وإن الفجور يهدي إلى النار ، وإن الرجل ليكذب ، ويتحرى الكذب ، حتى يكتب عند الله كذابا ، وعليكم بالصدق ، فإن الصدق يهدي إلى البر ، وإن البر يهدي إلى الجنة ، وإن الرجل ليصدق ويتحرى الصدق ، حتى يكتب عند الله صديقا » ( صحيح ) _ وأخرج البخاري ومسلم نحوه ، مختصر صحيح مسلم 1809 ، صحيح الجامع 4071 .

”Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai ”Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)Maka betapa indahnya sifat ini (jujur) dan betapa besarnya manfaat yang diperolehnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam para pendusta dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

« إن الله لا يهدي من هو مسرف كذاب » (غافر: 28.)

”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampui batas lagi pendusta.” (QS. Ghafir (al-Mu’min):28)Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

« ويل لكل أفاك أثيم » (الجاثية:7).

”Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdusta.” (QS. Al-Jatsiyah: 7)Dan dari hadits adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

« إياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور ، وإن الفجور يهدي إلى النار ، وإن الرجل ليكذب ، ويتحرى الكذب ، حتى يكتب عند الله كذابا ، وعليكم بالصدق ، فإن الصدق يهدي إلى البر ، وإن البر يهدي إلى الجنة ، وإن الرجل ليصدق ويتحرى الصدق ، حتى يكتب عند الله صديقا » ( صحيح ) _ وأخرج البخاري ومسلم نحوه ، مختصر صحيح مسلم 1809 ، صحيح الجامع 4071 .

”Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dam perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai ”Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)Dusta adalah sumber segala keburukan, oleh sebab itu Syari’at mengharamkannya dan mengancam pelakunya dengan berbagai hukuman, dikarenakan apa yang terkumpul di dalamnnya berupa bahaya-bahaya yang besar dan keburukan-keburukan yang banyak. Di antara keburukan-keburukan itu adalah:

1. Rusaknya reputasi pelakunya.

2. Jatuh kehormatannya.

3. Hilangnya akhlaq, maka dia tidak dipercaya dan tidak diterima persaksiannya. Tidak bisa dipegang janji dan kesepakatannya. Maka jadilah pembicaraan-pembicaraanya tak karuan dan menjengkelkan orang, sia-sia dan justru memalukan.

4. Lemahnya kepercayaan (sikap saling percaya) di antara sesama manusia. Dan goncanglah tatanan masyarakat islam dan hal itu tidak bisa dielakkan.

Kadang kala seseorang terbiasa berdusta karena faktor ketidak tahuan, atau keterbelakangan lingkungan….atau karena lemah agamanya!!! Dan ini adalah musibah besar. Dan sikap tamak (rakus) adalah salah satu faktor pendorong terkuat untuk berdusta dan memalsu, dalam rangka meralisasikan ketamakannya dan mengenyangkan rakusnya.

Bentuk-bentuk dusta

Bentuk-bentuk dusta dan keburukannya bertingkat-tingkat, sesuai dengan tingkat perbedaan bahaya dan dampak buruknya.

Pertama: Sumpah dusta

Ini adalah seburuk-buruk bentuk kedustaan, dan paling besar bahaya dan dosanya. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : « الكبائر الإشراك بالله وعقوق الوالدين وقتل النفس واليمين الغموس » ،

Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:”Dosa-dosa besar adalah syirik (menyekutukan Allah), durhaka kepada orang tua, membunuh, dan sumpah yang membinasakan (palsu).

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال كنا نعد من الذنب الذي ليس له كفارة اليمين الغموس قيل وما اليمين الغموس قال الرجل يقتطع بيمينه مال الرجل رواه الحاكم وقال صحيح على شرطهما .

Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
”Kami menganggap bahwa salah satu dosa yang tidak ada kafarat (tebusannya) adalah ”Yamin Ghamus”” dikatakan kepada beliau:’Apa yang dimaksud dengan”Yamin Ghamus”?” Beliau menjawab:”seseorang mengambil harta orang lain dengan sumpahnya.” (HR. al-Hakim dan dia berkata shahih, berdasarkan syarat keduanya (Bukhari dan Muslim))Dan dengan hadits ini jelaslah bahaya ”Yamin Ghamus”.Kedua: Persaksian palsu

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

((واجتنبوا قول الزور))( الحج:30).

”Dan jauhilah oleh kalian perkataan dusta” (al-Hajj: 30)

Oleh sebab itu Imam Thabrani meriwayatkan dan al-Kabir secara mauquf terhadap Ibnu Mas’ud dengan sanad hasan, beliau berkata:”Persaksian palsu setara (dosanya) dengan syirik, dan beliau membaca firman Allah di atas.

وعن أنس رضي الله عنه قال ذكر رسول الله صلى الله عليه وسلم الكبائر فقال الشرك بالله وعقوق الوالدين وقتل النفس وقال ألا أنبئكم بأكبر الكبائر قول الزور أو قال شهادة الزور .رواه البخاري ومسلم »

Dan dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dosa-dosa besar, maka beliau berkata:’Menyekutukan Allah (syirik), durhaka kepada kedua orang tua, dan membunuh.” Kemudian beliau berkata:’Apakah kalian mau aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar, yaitu perkataan dusta’. atau beliau berkata:’sumpah palsu’. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga: Dusta

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa para pendusta tidak akan beruntung. Dia berfirman:

ومن أصدق من الله حديثاً : « قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ (يونس : 69 ) »

”Katakanlah:”Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung”. (QS. Yunus: 69)Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

« إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَأُوْلـئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ (النحل : 105 ) »

”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta,” (QS.an-Nahl: 105)Dan siapakah yang lebih jujur perkataannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

Dan tidak diragukan lagi bahwa dusta adalah akhlaq rendah dan hina yang merusak rasa aman di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian manusia telah menjadikan dusta sebagai senjata bagi mereka untuk tidak menunjukkan jatidirinya yang sebenarnya di hadapan orang lain yang ditipunya. Dan itu adalah penyakit yang berbahaya yang bisa menjerumuskan pelakunya kedalam kebinasan di akherat dan kehinaan di dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

« ما كان خلق أبغض إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من الكذب… »

”Tidaklah ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada dusta…”(Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)Dan juga sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah banyaknya kedustaan.

عن أبي هريرة قال رسول الله : « لاتقوم الساعة حتى تظهر الفتن ، ويكثر الكذب ، وتتقارب الأسواق ، ويتقارب الزمان ، ويكثر الهرج . قيل : وما الهرج ؟ قال : القتل . ( صحيحة 2772 ) . »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Tidak terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah, banyak kedustaan-kedustaan, berdekatannya pasar-pasar, berdekatannya zaman dan banyaknya al-Harj.”Dikatakan:’Dan apa al-harj?’ beliau menjawab:”pembunuhan” (Silsilah ash-Shahiha 2772)Maka sebagai orang yang berakal tentunya sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk meniggalkan akhlaq yang buruk ini.

Dusta yang diperbeolehkan.

Dusta memang haram dan tidak diperbolehkan, hanya saja ada kondisi-kondisi tertentu di mana saat itu diperbolehkan. Kondisi itu di mana manfaat/ maslahat yang didapatkan dari dusta lebih besar daripada bahaya/mudharat yang ditimbulkan, maka saat itu pelakunya tidak tercela di hadapan manusia karena kedustaan di situ adalah kebaikan bukan sebuah keburukan dan sebagai bentuk perbaikan bukan perusakan. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:

“لا يصلح الكذب إلا في ثلاث : يحدث الرجل امرأته والكذب في الحرب والكذب ليصلح بين الناس” رواه الترمذي وحسنه الألباني .

”Tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal:”Seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya, dusta dalam peperangan dan dusta untuk memperbaiki hubungan manusia (yang sedang berseteru).” (HR. at_tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)Sesunguhnya dusta yang boleh di antara suami istri adalah yang bisa memperbaiki hubungan dan menyenagnkan hati, seperti seorang suami yangmengatakan kepada istrinya:”Aku mencintaimu, engkau sangat berharga bagiku, dan engkau cantik tidak ada yang lebih cantik cari engkau.” Dan sang istri pun berkata demikian juga kepada suaminya. Maka tidak diragukan lagi bahwa dusta yang seperti ini manfaatnya lebih besar, dan di dalamya ada upaya perbaikan dalam hubungan rumah tangga, dan hal itu tidak bisa tercapai kecuali dengan dusta. Seandainya semua suami yang kurang senang dengan istrinya terus terang dan jujur terhadapnya, tentu akan hancurlah keluarga tersebut, dan kehancuran tersebut akan membawa dampak kepada keburukan yang sangat banyak, dan akhir yang menyakitkan.

Kemudia kedustaan kedua yang diperbolehkan adalah kedustaan dalam peperangan, seandainya seorang muslim jujur kepada musuhnya dalam peperangan, maka kejujuran tersebut terhitung sebagai sebuah kelemahan dan sikap pengecut, disamping hal itu akan menimbulkan bahaya yang besar terhadap Islam dan kaum muslimin.Wallahu A’lam.

(Sumber:Al-Ahwal allati yajuzu fihaa al-Kadzib, dll.)

1 comments on “Ciri-ciri Orang yang Sedang Berbohong..

Tinggalkan komentar