Betapa bangganya abi punya istri kamu, cantik dan shalihah. Jarang lho ada yang seperti ummi.
Itulah sebuah ungkapan tulus dari seorang suami kepada istrinya. Bukan gombal atau rayuan. Tapi pujian bagi istri yang dapat menenteramkan hati suami. Menciptakan rasa gembira, menghilangkan kesedihan dan kecemasan dalam diri suami. Istri gembira ketika suami bergembira, dan bersedih ketika ia bersedih. Dengan begitu, terciptalah dalam diri suami perasaan bahwa istrinya membantu dan sama-sama merasakan pahit manisnya kehidupan rumah tangga.
Tak sepantasnya istri menampakkan kegembiraan ketika suami sedang bersedih. Sebaliknya, istri menahan rasa sedih ketika melihat suaminya gembira. Hal itu lebih dapat melanggengkan kasih sayang dan menunjukkan mulianya hati sang istri.
Yang tak kalah penting untuk dilakukan istri adalah memperhatikan makanan suami. Buatlah makanan yang ia senangi dan bervariasi agar ia tidak bosan. Selain itu, istri juga harus memperhatikan waktu tidur suami. Jangan sampai anak-anak menganggu tidurnya agar ia dapat beristirahat dengan baik dan cukup. Jika suami tidur dengan cukup, hatinya akan senang dan fresh kembali.
Ketika suami sedang menghadapi masalah, bantulah ia dengan doa, pikiran dan motivasi. Bila istri ingin berbicara dengan suami, bicaralah dengan tutut kata yang menyejukkan hati agar suami merasa bahwa istrinya menghormati dan memuliakannya. Prinsipnya, suami membutuhkan istri yang dapat diajak berbagi rasa, yang dapat mengurusi rumah tangga disamping memperhatikan anak-anaknya.
Selanjutnya, tidak membangkang suami. Termasuk istri yang suka membangkang terhadap perintah suami adalah seperti kata Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dalam Min Akhtha’iaz-Zaujat, seperti; menolak jika diajak suami ke tempat tidur, affair dengan pria lain, memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah baik suami sedang ada di rumah atau sedang pergi, lalai dalam melayani suami, boros, menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela dan mengejek, keluar rumah tanpa izin suami dan menyebarkan rahasia suami.
Seorang istri walau capek, ketika diajak suami ke tempat tidur baik siang ataupun malam hari tak menampiknya. Ketaatan kepada suami merupakan kewajiban yang paling besar. Sebaliknya. Kemaksiatan terhadap suami termasuk kemaksiatan yang paling besar pula.
Abu Hurairah, meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alahi wassalam, “Jika suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu ia menolak, maka malaikat melaknatnya hingga pagi hari.” (HR. Al-Bukhari No 51930 dan Muslim No 1436)
Asy-Syaukani dalam Nailul Authar 6/630 berkata, “Makna zhahir hadits ini menunjukkan bahwa pengkhususan laknat itu, jika (penolakan itu) terjadi pada malam hari, berdasarkan sabda Rasulullah ‘hingga pagi hari’. Namun pengkhsusan laknat pada pagi hari hanya untuk menegaskan ancaman. Bukan berarti istri boleh menolak pada siang harinya, tapi dikhususkannya penyebutan pada malam hari sebab pada waktu itu perbuatan ini sering terjadi.”
Demikian pula bagi istri yang ingin disayang suami kendatipun kebanyakan istri sekarang sangat jarang meminta izin suami ketika akan keluar rumah. Seolah ke rumah tetangga, pasar, atau mengunjungi teman sebagai hal yang biasa. Bahkan terkadang menipu suami dengan meminta izin ke rumah keluarganya. Padahal, ia pergi ke tempat lain. Perbuatan ini termasuk musyuz (membangkang).
Jika istri terpaksa keluar rumah, hendaknya kata Ibnu al-Jauzi dalam Ahkam an-Nisa hal 68, “Ia keluar dengan izin suaminya. Dengan syarat tidak menampakkan perhiasannya, menempuh jalan yang sunyi bukan jalan-jalan yang ramai ataupun pasar, menjaga suaranya agar tidak didengar orang lain dan berjalan dibagian pinggir jalan bukan bagian tengah jalan.”
“Wanita itu aurat, jika keluar rumah, maka setan menghiasinya dan membuat pandangan menoleh padanya.” (HR. at-Tirmidzi No 1174 dan berkata, “Hadits hasan gharib”)
Seandainya, kata Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, wanita muslimah memahami kebahagian, kedamaian, ketenangan dan kenikmatan tinggal di dalam rumah pastilah ia mementingkan tinggal di dalam rumah disbanding keluar rumah. Seandainya ia mengetahui betapa berantakannya keluarga wanita yang suka keluar rumah, berpecah belahnya hati dan sempitnya dada-dada mereka, pastilah ia tidak akan meremehkan kebahagian di dalam rumah, hidup bersama anak-anak dan suaminya.
Marilyn Monroe sebut saja contoh. Seperti disebutkan dalam Hadharah al-Islam, Vol III, Jilid III, hl 331 dan al-Mar’ah Bainal al-Fiqh wa al-Qanun, as-Siba’I, hal 315-316. Ia meniggal bunuh diri.
Investigator yang menganalisis tindakannya mengungkapkan surat yang tersimpan dalam safety box di Bank Manhattan, New York. Ketika sang investigator membuka surat tersebut, ia menemukan bahwa tulisan itu benar-benar merupakan tulisan Marilyn Monroe. Surat itu ditujukan kepada seorang wanita yang meminta nasehatnya tentang kiat-kiat menjadi selebritis.
Dalam suratnya, Monroe berkata pada wanita tersebut dan kepada semua yang ingin terjun dalam dunia layar lebar.
“Berhati-hatilah Anda dalam mencari ketenaran. Berhati-hatilah terhadap semua yang menipumu dengan berbagai kegemerlapan. Saya adalah wanita yang paling celaka di dunia ini. Karena saya tidak mampu menjadi seorang ibu. Saya sebenarnya lebih menyukai tinggal dirumah dan kehidupan keluarga yang mulia di atas segala-galanya. Sesungguhnya, lanjut Monroe, kebahagian wanita yang hakiki terdapat pada kehidupan keluarga yang mulia dan suci. Bahkan kehidupan keluarga yang mulia ini adalah symbol kebahagiaan wanita, bahkan semua manusia.”
Kebiasaan lainnya, banyak para istri sekarang memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa izin suaminya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam menyampaikan khutbah pada Haji Wada’ beliau bersabda,
“Kewajiban para istri terhadap kalian adalah janganlah mereka membiarkan seseorang yang kalian tidak sukai memasuki rumah kalian. Jika mereka melakukannya, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan.” (HR. Muslim No 1218, Abu Dawud No 1905, Ibnu Majah No 3074 dan ad-Darimi No 1857)
Tak kalah pentingnya agar disayang suami adalah, menjadikan suami dan keluarganya cinta dan senang kepadanya. Salahsatunya adalah memperlakukan mertua dengan baik. Istri yang bijaksana mendahulukan kepentingan suami diatas kepentingan dirinya. Hal itu tercermin dari sikapnya yang memuliakan keluarga suami, khususnya ibu mertua. Semua itu merupakan bentuk pemuliaan sekaligus kebaikan terhadap suami. Yang tentu saja akan memperkokoh ikatan tali pernikahan dan hubungan kasih sayang.
Walau terkadang muncul perlakuan kasar dari ibu mertua. Namun, ketika itu terjadi, tak ada pilihan lain bagi sang menantu kecuali menanggung beban, bersabar serta mengharap pahala dan ganjaran Allah subhanahu wa’Tala.
Banyak cara mudah untuk ‘mengambil hati’ mertua. Misalnya, dengan memberikan hadiah, berbicara dengan baik, mendengar dan diam ketika ia berbicara, lemah lembut dalam berbicara, member salam dan menepati janji. Selain itu, jangan lupa menasihati suami untuk senantiasa menjaga dan memperhatikan kedua orangtuanya.
Jangan sampai mereka menyangka bahwa hati putranya telah berpalig dari mereka dan hanya memperhatikan istrinya saja.
Sedangkan rahasia terakhir adalah, yang banyak diabaikan oleh para istri yaitu berusaha berpenampilan terindah hanya untuk suami. Tidak mempercantik diri dengan sempurna kecuali hanya untuk suami seorang. Jika suami berada di rumah, memakai perhiasan dan pakaian yang terindah. Dengan begitu, sang suami melihat istrinya hanya ungkapan syukur dan pujian dari lisan suaminya.
Seperti kata Asma’bin Kharijah ketika berbicara dengan istrinya:
“Minta maaflah padaku, cintaku pun akan langgeng .
Janganlah kamu berbicara dalam amukanku ketika aku sedang marah.
Sungguh aku melihat cinta dan kotoran yang berkumpul dalam hatiku.
Sungguh kecintaan tak akan tinggal melainkan akan pergi dariku.”
Sudahkah kita seperti itu, Wahai para istri? Semoga.
(Ummu Zulfa-Majalah Nabila)
-Di ketik ulang oleh Ibhe Ananda-
Seep, semoga saja saya semakin disayang sama suami..tangks ustadz